Kejadian 3:1-11
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat
yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu:
"Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan
buahnya, bukan?" Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah
pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati." Tetapi
ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi
Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan
kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya,
lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil
dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang
bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata
mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat
daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN
Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk,
bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara
pohon-pohonan dalam taman.
Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya:
"Di manakah engkau?"
Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman
ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi." Firman-Nya:
"Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah
engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
Waktu manusia pertama jatuh kedalam dosa, mereka tidak kehilangan kesensitifan kepada Tuhan. Mereka masih mendengar langkah kaki Tuhan. Mereka juga masih mendengar suara Tuhan. Manusia tidak punya kesulitan untuk mendengar suara Tuhan dan juga tidak punya kesulitan untuk mendeteksi keberadaan kehadiran Tuhan, tetapi ada sesuatu yang berubah yaitu mata mereka.
Alkitab
mencatat bahwa “mata mereka terbuka”. Mata Hawa terbuka. Selama ini, Hawa
jalan-jalan di dalam taman Eden tapi tidak pernah tertarik dengan pohon yang
ada ditengah-tengah taman itu. Tetapi satu kali, ketika Hawa mulai
mencondongkan hatinya kepada sesuatu yang lahiriah, dia mulai bisa melihat
kepada “sesuatu” yang selama ini tidak dia lihat. Mata Hawa “terbuka” tetapi
terbuka kepada hal-hal yang lahiriah. Dia mulai melihat buah pohon itu menarik
perhatiannya. Menarik hati, enak/sedap dipandang, semua kata-kata itu
menggambarkan tentang apa yang dilihat. Ketika Hawa memandang buah itu, dia
tahu kalau buah itu buah terlarang tapi Hawa tetap memakannya dan ketika mereka
makan, mata mereka terbuka.
Yang
menjadi permasalahan bagi orang percaya adalah “matanya”. Kita masih bisa
mendengar Tuhan, masih bisa merasakan kehadiran roh jahat ataupun hal-hal yang
Ilahi. Tapi mata manusia yang bermasalah. Itu sebabnya Yesus berkata kalau kita
dilahirkan kembali, yang akan Dia pulihkan adalah mata kita agar bisa melihat.
Kalau
kita baca di dalam Alkitab diceritakan bahwa setiap kali jika Tuhan menjumpai
seseorang, Tuhan harus memulihkan matanya karena selama ini mata kita tertuju
kepada hal-hal yang lahiriah/kepada dunia. Ketika Dia datang kapada orang-orang
tertentu, Dia selalu memulainya dengan penglihatan. Dia ingin memulihkan
kembali penglihatan kita. kalau kita dapat melihat, kita tidak punya kesulitan
untuk masuk ke dalam kerajaanNya dan mewarisi kerajaanNya.
1.
Ketika manusia
memakan buah pohon itu, maka terbukalah mata mereka. Ketika Hawa melihat buah
pohon itu, ia mencondongkan pandangannya kepada yang lahiriah dan tidak lagi
kepada firman yang Tuhan berikan. Dia focus hanya kepada hal-hal yang lahiriah.
2.
Dan ketika Adam
makan, terbukalah mata mereka dan yang mereka lihat pertama kali adalah
“dirinya sendiri”. Itulah sebabnya kenapa manusia menjadi sedemikian egois,
karena pertama kali mata mereka “terbuka”, yang dilihat adalah dirinya sendiri.
Semua orang mau menerima anugerah keselamatan,
tetapi mereka tidak mau untuk memikul salib dan melebur dalam rumah rohani,
karena mereka terus memandang kepada dirinya. Ada ke-aku-an. Raja ‘aku” terus
memerintah di dalam dirinya. Manusia cenderung melihat dirinya sendiri. Untuk
itulah Tuhan bilang kita harus dilahirkan kembali karena kalau kita tidak
dilahirkan kembali, mata kita terus melihat kepada hal yang lahiriah, kepada
dirinya sendiri, kepada ke-egoisan dan keakuannya. Tapi kalau kita dilahirkan
kembali dan dapat “melihat”, maka semua prioritas hidup kita berubah.
Kecenderungan hati kita berubah, bahkan keyakinan iman kita pasti berubah.
3.
Manusia mulai
mencari solusi sementara. Mereka mengemas daun ara menjadi pakaian padahal daun
ara itu adalah daun teh, bukan untuk dibuat pakaian. Mereka mencari solusi yang
gampang dan mudah. Mereka terus mengarah kapada hal-hal yang sementara dan apa
yang ada di dunia ini. Apa yang dunia bisa tawarkan.
Sebagai orang yang sudah dilahirkan kembali,
adalah hal yang tidak sulit lagi buat kita untuk melebur dalam rumah rohani.
Kenapa? Karena kita bisa melihat. Alasan
orang pergi ke gereja hanya untuk menjadi pengunjung dan simpatisan karena
mereka tidak bisa melihat masa depan dari sebuah rumah rohani. Kenapa? Karena
pikiran mereka selalu tertuju kepada yang lahiriah. Mereka berkata “hidup ini
butuh uang, wajar dong saya mengejar apa yang menjadi cita-cita saya, wajar dong
saya mengejar apa yang menjadi mimpi-mimpi saya sejak kecil, saya masih punya
hobbi, kanapa saya harus move as one?
Kenapa saya harus act as one?”. Hal yang
lahiriah terus mengganggu kita.
Inilah contoh tokoh-tokoh di dalam Alkitab:
Petrus
# Ketika Petrus bertemu Yesus, dia tidak bisa
melihat hal yang lahiriah lagi. Dengan serta merta dia meniggalkan jalanya dan
ikan tangkapannya. Pertus meninggalkan segala sesuatunya. Petrus bisa melihat
masa depan bersama dengan Yesus.
Seandainya setiap orang yang dilahirkan kembali secara sejati, maka kita tidak
punya kesulitan untuk melebur di dalam rumah rohani. Seberapa dalam kita menyerahkan hidup kita di dalam sebuah rumah rohani
itu bergantung kepada apa yang kita lihat. Betapa powerfull-nya sebuah gereja kalau setiap orang didalamnya dapat
melihat kerajaanNya dan tidak memandang kepada dirinya sendiri.
Rut
# Dalam kisah Rut diceritakan bahwa ketika
Naomi, ibu mertuanya memutuskan untuk kembali ke Betlehem setelah kehilangan
semua hartanya serta anak dan suaminya, kedua menantu Naomi yaitu Ruth dan Orpa
ingin ikut dengan Naomi. Ditengah jalan, Naomi mencoba membukakan kondisi dan
keberadaannya yang janda dan tidak punya apa-apa untuk diharapkan. Orpa
menangis tetapi kemudian meninggalkan Naomi, tetapi Rut berkata “matimu,
matiku. Allahmu adalah Allahku. Bangsamu, bangsaku”. Setelah Rut diberikan
sebuah fakta tentang kehidupan Naomi, Rut tetap bersikeras karena Rut dapat
melihat. Rut terus lanjut karena dia bisa melihat. Alkitab mencatat Rut memulai
perjalanannya bersama dengan Naomi dan bertemu Boas. Matius 1 mencatat ada nama
Rut disana. Dia melahirkan suatu generasi pembawa kegerakan.
Yesaya
# Yesaya adalah nabi yang sudah bernubuat namun belum ada sesuatu yang berdampak bagi
bangsa. Tetap pada waktu dia mulai bisa melihat sang Raja pada hari itu,
semuanya berubah.
Yeremia
Tuhan datang kepada Yeremia. Dia taruh firman di
mulut Yeremia dan Tuhan bertanya kepada Yeremia apa yang dia lihat? Dan Yeremia
melihat sebuah pohon badam dan Tuhan membenarkan penglihatannya. Tuhan berkata
“benar penglihatanmu. Aku bersegera, Aku bersedia melaksanakan firman-Ku”.
Ketika kita mampu melihat, Tuhan berkata bahwa dari sisiNya, Dia akan
melaksanakan firmanNya.
Elisa
Kisah Elia dan Elisa beda lagi. Ketika Elisa
disuruh untuk tidak lagi mengikuti Elia, Elisa tetap berkeras untuk
mengikutinya kerena Elisa bisa melihat. Elisa diusir oleh Elia tetapi dia tidak
kabur. Elisa tetap mau ikut dan kemudian Elia bertanya “apa maumu”? jawab Elisa
“aku mau dua bagian dari rohmu”. Elia berkata bahwa hal itu susah TETAPI kalau Elisa dapat melihat, itu
bisa jadi.
Musa
Kisah Musa lebih unik lagi. Dia menolak untuk dipanggil anak putri
Firaun dan dia rela kehilangan ke-pangeranannya.
Ibrani 11:24-26
Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri
Firaun,
karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada
untuk sementara
Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih
besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.
Musa rela kehilangan kepangeranannya karena dia
bisa melihat sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tidak tertandingi, apa yang
akan terjadi di hari depan dan apa yang akan dia alami bersama Tuhan.
Setiap kali Tuhan datang kepada pribadi lepas pribadi, Dia selalu berurusan dengan penglihatan. Ketika Yesus bertanya kepada murid-murid kapan musim menuai? Mereka menjawab empat bulan lagi musim menuai tiba, tetapi Yesus berkata “angkatlah kepalamu dan lihatlah!” seandainya kita bisa melihat, maka akan banyak hal yang akan terjadi di dalam hidup kita.
Ini adalah permasalah. Kenapa prioritas kita
sering berubah? Kenapa kita sulit melebur di dalam rumah rohani yang Tuhan
sudah tetapkan bagi kita? Alasannya karena kita belum melihat. Seandainya kita
bisa melihat, maka tingkat ketergantungan kita dan tingkat keterlibatan kita
akan berbeda. Ini masalah yang Adam dan Hawa miliki. Mereka terus hanya bisa
melihat kepada hal yang lahiriah. Prioritas hidup mereka selalu kepada hal yang
lahiriah.
Di Kejadian 5 menceritakan kondisi Adam. Adam memiliki satu
keturunan yang diangkat ke sorga yaitu Henokh. Adam masih hidup ketika Henokh
masih ada tetapi Adam tidak punya ketertarikan kepada hal-hal yang Ilahi.
Karena pandangannya sudah terlalu kental dan terlalu kuat kepada hal-hal yang
lahiriah. Dia melihat Henokh hidup dengan bersungguh hati berjalan bersama
dengan Tuhan tetapi Adam terlalu memandang dirinya dan mencari solusi terhadap
dirinya sendiri. Dia tidak mengalami apa yang Henokh alami.
Kita membutuhkan Pekerjaan
Roh Kudus untuk melumas mata kita.
Wahyu 3:17-18
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan
aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau
melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau,
supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar
engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar
jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas
matamu, supaya engkau dapat melihat.
Kelahiran kembali membuat kita melihat
kerajaan Allah. Tanpa kita bisa melihat, kita tidak akan pernah bisa masuk,
tanpa kita masuk, kita tidak akan pernah bisa mewarisi kerajaanNya. Untuk itu kita membutuhkan pekerjaan Roh Kudus
agar kita bisa melihat apa yang Dia inginkan di dalam rumah rohani dimanapun
kita berada. Sering kali ketika bapa rohani kita berbicara, kita belum bisa
melihat. Kalau kita belum bisa melihat, maka keterlibatan kita akan standar.
Tetapi manakala kita bisa melihat, kita akan all out, kita akan habis-habisan.
Diluar
sana, orang dunia dan “penyembah-penyembah berhala” mencari apa yang ada di
dunia ini yaitu pemenuhan kebutuhan hidup. Tetapi kita harus mencari lebih
dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya akan ditambahkan
kepadamu. Seandainya kita semua dapat
melihat dengan tepat, Roh Kudus bekerja dalam hati dan hidup kita, ada pekerjaan Roh yang terus berlanjut dalam
hidup kita, mata kita terus dilumas dan kita memiliki mata yang terang, maka
kita tidak akan pernah sama lagi. Kontribusi kita, keterlibatan kita, hidup
kita, prioritas kita, keyakinan-keyakinan iman kita akan berubah. Tipu dunia
tidak akan bisa menarik kita karena kita bisa melihat kerajaan itu. Kita akan
seperti Musa. Kita rela kehilangan “kepangeranan” kita, kita rela kehilangan
“harta Mesir” yang begitu banyak hanya untuk mengikuti apa yang menjadi agenda
dan rencana Tuhan bagi kita.
Seorangpun
tidak bisa datang hanya untuk menikmati hadirat Tuhan dan hanya mau hidup
seperti orang Kristen biasa. Sekian waktu lamanya, bapa rohani kita (Ps. Victor
Lie) datang ke BCC tetapi masih punya pelayanan sendiri karena belum bisa melihat
apa yang bisa dilakukan. Semua dalam kebingungan. Tetapi sejak bapa rohani kita
melihat, maka seluruh prioritas, seluruh agenda, seluruh waktu mulai terkumpul
di sana, untuk apa yang bapanya sudah deklarasikan. Dari dulu sudah tahu, tapi
belum bisa melihat makanya level
keterlibatan kita belum bisa dalam. Setia ya setia, hadir ya hadir tapi
belum bisa melihat. Apa yang dibagikan oleh bapa rohani kita tentang melihat,
masuk ke dalam kerajaanNya itu adalah real/nyata. Ketika kita datang ke gereja
hanya untuk mendengar firman Tuhan berkenaan dengan apa yang kita butuhkan,
mencari solusi bagi diri sendiri, maka
kita tidak akan pernah sampai masuk dan mewarisi kerajaanNya. Setiap kita, ada
nama bangsa yang dilekatkan di atas pundak kita tetapi itu tidak akan pernah
terjadi kalau kita tidak bisa melihat, memasuki dan mewarisi kerajaanNya. Pesan
kerajaan yang beberapa waktu ini yang
diberikan oleh bapa rohani kita bukanlah pesan biasa. Dimensi yang Tuhan hadirkan
berbeda dengan yang dulu. Kerajaan Tuhan sedang melakukan invasi di bumi ini.
Tuhan ingin agar kita tidak lagi menyandang “jemaat biasa”. kita harus bisa
mengubah kecenderungan hidup kita karena kerajaan sedang melakukan invasi di
bumi ini. Gereja akan betul-betul mewarisi Kerajaan itu sendiri. Ijinkan Roh
kudus terus bekerja di dalam hidup kita. Kalau kita bisa melihat, kita akan dengan
mudah meninggalkan apa yang dunia tawarkan dan bergabung dengan apa yang rumah
rohani sediakan. Dengan mudah kita akan melebur.
Ayo
kita bangkit bersama-sama. Kita bukanlah anak rohani yang biasa-biasa, kita
bukanlah jemaat yang biasa, kita bukanlah penikmat-penikmat hadirat Tuhan. Ketika
kita memberikan hidup dan hati kita, memberikan seluruh apa yang kita miliki
untuk sang Raja maka Tuhan akan menyatakan kerajaanNya. Athmospher Roh sedang berubah.
Paulus buta dan melihat kembali
Ada
hal yang unik dengan Paulus adalah kenapa matanya harus buta dahulu? Selama
ini, dia melihat pengikut Jalan Tuhan adalah masalah. Dia berapi-api untuk
membunuh dan menghabiskan pengikut Jalan Tuhan. Tuhan membuat mata Paulus buta
dan terbuka pada hari yang ketiga dan memberikan tugas memperbanyak pengikut jalan
Tuhan dibangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Bukan hanya di Israel tetapi
yang non-Israel. Dia bisa melihat bangsa-bangsa lain seperti Tuhan melihat.
Manakala
kita sudah bisa melihat, seluruh prioritas hidup kita berubah. Tuhan diatas segala-galanya. Rumah rohani
diatas segala-galanya karena prioritas hidup kita berubah. Kecenderungan hati
kita pasti berubah karena kita tidak lagi memilirkan hal-hal yang lahiriah.
Tidak semuanya kita ukur dengan popularitas dan uang. Tidak semua kita ukur
dengan apa yang menjadi kesenangan kita karena kita tidak lagi berfokus pada
hal yang lahiriah. Mata kita sudah tertuju pada hal-hal yang Ilahi. Seluruh
agenda kita akan berubah. Biar kecenderungan hati kita tidak lagi kepada mammon
dan Babel. Alasan kenapa banyak orang yang hidup dalam kungkungan Babel karena
belum bisa melihat kerajaan Allah. Ketika kita melihat kerajaanNya, maka
kecenderungan hati kita tidak akan lagi kepada dunia dan kepada apa yang Babel
bisa berikan. Kenapa kita belum punya iman yang sama seperti bapa rohani ? Karena kita belum bisa melihat. Tetapi kalau
kita bisa melihat melalui pekerjaan Roh yang sedang terbangun di dalam hidup kita maka
keyakinan-keyakinan kita akan berubah.
Memasuki Kerajaan Allah
Penghalang
terbesar untuk kita masuk ke dalam kerajaanNya adalah keagamawian dan
familiarity spirit. Tuhan berkata jika hidup keagamawian kita tidak lebih benar
dari hidup keagamawian orang-orang farisi maka kita tidak akan masuk kedalam
kerajaan sorga. (Matius 5:20) Roh agamawi akan
membelenggu kita. Digereja begitu banyak pengajaran dan doktrin yang bersumber
dari kebenaran manusia dan bukan dari Firman Tuhan. Ketika kita gagal
menghadirkan Tuhan maka kita menghadirkan ornamennya. Gagal menikmati realita
Tuhan, maka kita akan membuat sesuatu yang membuat kita nyaman seakan-akan
Tuhan senang ada di sana. Itulah keagamawian. Keagamawian
mencengkeram sedemikian kuat. Semua orang merasa nyaman dengan peribadatannya
masing-masing. Ada orang atau gereja
yang kembali berkajang (berpusat) ke Israel. Kita
bilang “amin” bukan karena Roh berkobar di dalam hati kita tetapi karena latah.
“Amin” yang tanpa kobaran roh. Tapi hari ini roh keagamawian sedang dihancurkan
dan tidak lagi berbekas.
Bagaimana
kita menanggulangi roh agamawi dan familiarity
spirit? Kita harus naik level bukan lagi hanya haus dan lapar tetapi menjadi
orang yang rakus. Orang “rakus” tidak peduli sudah makan beberapa kali. Miliki
kerakusan kepada hal-hal yang rohani. Rakus akan hal-hal yang sorgawi/Ilahi.
Saat kita memiliki kerakusan terhadap hal-hal rohani maka keagamawian dan
familiriaty spirit akan menjauh. Terus ada gelora, kobaran, keantusiasan,
keradikalan, kesensitifan. Ada banyak gereja yang ketika mengalami kegerakan,
mereka stag karena mereka mulai familiar. Kita tidak bisa masuk dalam kerajaan
karena kita familiar, merasa terbiasa, merasa sudah diberi. Kita tidak bisa
menikmati damai sejahtera dan sukacita. Tapi saat ini kita percaya bahwa Tuhan
sedang menghancurkan segala bentuk keagamawian dan roh familiar. Kita bisa
menikmati kuasa dari ibadah. Tuhan sedang membawa kita ke suatu takaran
kehausan yang semakin meningkat. Ini yang Tuhan mau bangun di dalam hidup kita
adalah kerakusan akan hal-hal rohani.
Jika kita datang dengan kerakusan rohani. Mereka akan datang ke ibadah dengan
ekspektasi yang tinggi, maka hal-hal yang luar biasa akan terjadi. Mengapa di
KKR yang sering terjadi selalu ada mujizat padahal pendeta dan firman yang
dibagikan biasanya saja. Kenapa? Karena orang yang datang memiliki ekspektasi
dan pengharapan yang tertinggi. Biarlah setiap kita memiliki rasa lapar dan
haus yang baru dan lebih tinggi. Biarlah ketika kita datang kepada Tuhan, datang ke ibadah
dengan ekpektasi yang tinggi atau harapan tinggi. Oh, biarlah kerakusan akan
hal rohani, kerakusan akan hal yang Ilahi terus memenuhi kita semua. Amin.
Hai
BalasHapus