http://goo.gl/qqQ6r3


WELCOME TO HOT CHURCH-GEREJA RUMAH KEBENARAN-BOGOR

THE IMPORTANT MESSAGE FROM FATHER (Pesan Penting Dari Bapa)

1 Samuel 15:22-23
Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."

Mendengarkan suara Tuhan dalam bahasa aslinya adalah obey  the voice of the Lord. Bukan hanya mendengarkan suara Tuhan tetapi juga mentaati suara Tuhan.
“sesungguhnya, mentaati suara Tuhan itu lebih berharga/lebih baik dari pada korban persembahan, mendengarkan suara Tuhan lebih baik dari pada lemak-lemak domba jantan”


Yang Dia inginkan ketika Dia menebus hidup kita adalah ketaatan. Itulah sebabnya Yesus ditinggikan dan mendapat nama diatas segala nama karena ketaatan-Nya. Dia taat sampai mati artinya limit dan batas-batas hidupNya dilewati dalam ketaatan.
Kalau kita ingin terus berjalan di dalam Tuhan, dipakai oleh Tuhan sampai pada garis finish, tidak ada cara lain selain OBEY, taat kepada Tuhan. Taat lebih baik dari pada korban bakaran. Taat lebih baik dari pada kita berbahasa roh berjam-jam. Taat lebih baik dari pada kita datang ke pertemuan doa/ibadah tapi dengan berat hati atau terpaksa. Taat lebih baik dari pada melayani Tuhan. Taat lebih baik dari pada korban sembelihan dan lemak domba-domba jantan. Dia lebih menyenangi seseorang yang obey (taat). Orang yang hatinya taat, yang pikirannya taat dan hidupnya taat.
Ini yang harus jadi pertanyaan kita. Benarkah kita taat? Apakah setiap kali Tuhan berfirman kita taati? Apakah firman yang diperdengarkan setiap minggu kita taati? Apakah kita mentaati setiap pesan-pesan apostolik, menghidupi dan melakukan apa yang difirmankan setiap minggunya? Apakah kita taat kepada pemimpin kita? Apa perintah terakhir kepada kita? Perintah yang diberikan kepada kita dan kita tidak taati? Kita bisa doa berjam-jam, bangun lebih pagi dari pada pemimpin kita, berbahasa roh lebih kencang dari pada pemimpin kita, sifat kita lebih lembut dari pada pemimpin kita, karakter kita lebih baik dari pada pemimpin kita, tapi di hadapan Tuhan, nothing. Karena yang diinginkan Tuhan adalah taat (obey).  
Salah satu alasan Tuhan memilih Petrus lepas dari karakternya yang belum sempurna adalah karena dia taat. Kita bisa punya karakter yang jauh lebih baik dari pada yang lainnya tapi percuma kalau tidak ada ketaatan. Kita boleh punya pengurapan yang dasyat, dipakai Tuhan, bicaranya fasih, dihadapan orang hidup kita tanpa cacat dan cela tapi Tuhan cuma cari satu kata yaitu “taat”. Karena taat jauh lebih baik dari pada korban sembelihan, korban bakaran dan lemak domba-domba jantan yang Dia senangin.
Cek hidup kita! Melakukan sebagian perintah/arahan bukanlah obey. Kalau pemimpin kita mendorong kita untuk berdoa setiap hari dengan antusias, radikal, sungguh-sungguh, dan agresif tapi kita melakukannya dua hari sekali, itu bukanlah obey. Itu namanya separuh ketaatan. Separuh ketaatan sama dengan pemberontakan. Ketika pemimpin kita menyuruh kita untuk ikut sebuah acara tetapi kita memilih untuk tidak ikut, itu artinya pemberontakan. Kita taat pada satu hal tetapi pada hal lain kita tidak taat. Itu adalah pemberontakan (rebellion). Ketika kita datang di hadapan Tuhan, kita sudah memiliki cap “pemberontak”. Sama seperti Bileam dan Balak berdoa tetapi mereka sudah memiliki label pemberontak di hadapan Tuhan (Bil. 22:2-20) . Tidak berarti kita mendengar suara Tuhan, melihat muka dengan muka dengan Tuhan namun kita tetap berlabel “rebellion” yaitu seorang pemberontak. Seberapa banyak kita taat kepada pemimpin kita? Obey untuk apa yang didengar dan jangan anggap remeh apa yang dikatakan oleh bapa kita.
Inilah sebabnya kita tidak bertumbuh. Inilah sebabnya Tuhan tidak bisa memakai kita karena yang Tuhan cari adalah orang yang obey. Sudah banyak orang yang dipakai Tuhan tetapi tidak obey? Itu sebabnya di generasi kita Tuhan mencari bukan orang yang hebat tetapi orang yang obey. Seberapa kita taat, seberapa Tuhan memakai kita. Mungkin yang kita lakukan adalah hal yang sederhana dan dipandangan orang lain sebelah mata, tidak masalah. Tetaplah obey. Karena generasi yang Tuhan hadirkan adalah generasi yang “membawa bekal makan siang tapi membunuh para raksasa”. Dari mana asalnya? Satu kaat “OBEY”.
Kedepannya, bapa rohani kita akan memisahkan mana yang obey dan mana yang tidak. Paulus memisahkan murid-muridnya yang obey dan yang tidak. Yesus juga memisahkan murid-muridnya yang obey dan yang tidak. Bahkan sampai di loteng Yerusalem, Dia harus pisahkan dan menunggu 380 orang kabur dan sisa 120 orang. Kenapa 120 orang itu mengalami pencurahan Roh Kudus? Karena mereka taat. Bapa rohani kita tidak bisa terus-menerus berbelas kasihan untuk mengharapkan kita terus gabung dan join dalam “rumah” dan menjadi anak. Doa bapa rohani kita untuk sekali lagi Tuhan memberikan kesempatan kepada kita setelah itu bapa akan rela menutup pintu artinya tidak semua orang bisa jadi anak. Mungkin beberapa kita akan jadi orang upahan di kebun anggur tetapi bukan anak. Hal ini tidak bergantung kepada Tuhan tetapi kepada pilihan. Bapa akan berbesar hati kalau tidak semua dari kita akan jadi anak melainkan menjadi orang upahan karena orang upahan tidak bisa obey. Orang upahan punya agenda sendiri. Orang upahan tetap melakukan apa yang dia senangi. Orang upahan punya keinginannya sendiri. Orang upahan selalu tampak baik tapi tidak pernah taat. Selalu ada pembangkangan dan pemberontakan di dalam diri orang upahan.
Di ayat berikutnya (1 Sam 15:23), “sebab pendurhakaan adalah seperti dosa bertenung”. Dalam bahasa Inggrisnya “rebilion”=pemberontakan. Rebellion sama seperti dosa seorang petenung=dukun=nabi palsu=peramal palsu=hamba Tuhan palsu=anak rohani palsu=pengikut palsu (false follower), nabi palsu (false prophet). Bertenung artinya seperti orang bernubuat palsu. Jadi kalau kita sedang memberontak artinya kita sedang hidup seperti nabi palsu. Itu adalah dosanya nabi palsu.
Kedegilan dalam bahasa aslinya stubbornness artinya sifat berkepala batu=degil. Stubbornness=sifat degil=keras kapala=menyembah berhala=bangun patung lalu disembah-sembah. Orang degil tidak bisa dinasehati satu, dua atau tiga kali bahkan tidak bisa dinasehati sama sekali. Hanya maut dan kecelakaan yang bisa menyadarkan orang yang seperti itu. Anak yang hilang bicara tentang keras kepala/pemberontakan. Anak yang sulung berbicara tentang kedegilan/keras kepala. Cek hidup kita. Apakah kita memberontak? Kita berkata “saya akan mendengar dan melakukan apapun perkataan Tuhan tapi saya tidak akan mengikuti apa kata pemimpin saya”, itu sama saja dengan rebellion karena pemimpin adalah anugerah, pemimpin adalah kepanjangan suara Tuhan. Kalau kita tidak taat artinya kita harus ikut kegerakan lain yang tidak memerlukan seorang bapa karena kegerakan kita adalah kegerakan pembapaan artinya kita harus menghargai seseorang yang sudah dipilih oleh Tuhan. Tidak cukup kita doa sungguh-sungguh di rumah. Kita perlu pasang hati, batin dan roh yang taat.
Belajarlah membangun “obey the voice of the Lord”. Bukan hanya dengar tapi taat. Hear dan obey sangat berbeda jauh. Hear (dengar) adalah ketika kita mendengarkan khotbah/arahan dari pemimpin tapi kalau obey artinya siapa yang menangkap firman, siapa yang membawanya dalam doa, dalam renungan pagi kita, mencatat renungan kita setiap hari dan mengirimkannya kepada bapa rohani kita. Ini adalah contoh-contoh kecil yang harus kita taati. Inilah yang sangat penting buat kita. Penting untuk kita mengetahui apakah kita adalah anak yang asli atau anak yang palsu. Apakah kita menjadi anak yang sejati atau hanya seorang upahan di kebun anggur.
Pertanyaanya sekarang adalah, maukah kita menghancurkan kekeras-kepalaan kita? Maukah kita menyerahkan hidup kita seluruhnya tanpa tangung-tangung. Jangan ada bagian hidup kita yang terus ditutupi dan tidak setia. Belajarlah setia dalam segala perkara. Ingat, ketaatan sebagian sama dengan pemberontakan karena di hadapan Tuhan tidak ada setengah-setangah. Tuhan tidak akan pernah memberikan kita pengaruh kekuasaan/dominion kalau kita tidak pernah bisa belajar taat. Tidak ada harga lain. Harganya Cuma satu. TAAT.
Semua kita punya kemampuan untuk taat. Ini hanya berbicara itikad baik kita. Ini hanya berbicara kehendak bebas. Berbicara keputusan kita.
Yehezkiel 11:19-20 ” Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat,
supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.
Detik ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saat itulah hati kita diganti, roh kita jadi baru. Tuhan sudah menaruhkan hati yang taat di dalam hati kita. Mari, taati ketetpan-ketetapan Tuhan yang Dia berikan!
Apa ketetapan dan peraturan yang Tuhan berikan ditengah-tengah kita?


     1.       Hidup dalam roh yang haus dan lapar, mengejar realita Tuhan, memiliki hati yang condong kepada kebenaran. Menjadi pribadi yang haus dan bukan pribadi pendiam atau perenung yang baik. Respon kepada firman dengan akurat. Pakai mulut kita untuk berkata-kata. Jangan cuma mengangguk dan diam saat mendengar firman supaya benih firman itu masuk di dalam hati kita. Belajar menjadi orang yang responsive, antusias, agresif, dinamis, radikal. Menjadi orang yang penuh energi. Menjadi seperti seorang remaja belia yang tidak habis kekuatannya. Bangun kehausan dan kelaparan rohani ditengah-tengah kita. Jangan sampai orang-orang duniawi lebih responsive dari pada kita. Karena hati yang baru sudah diberikan kepada kita. Kita harus berada di atas rata-rata orang kebanyakan. Bangun hati yang condong terhadap firman. Mengkondisikan hati kita untuk tetap haus dan lapar. Ini adalah ketetapan Tuhan, ini bukanlah trend.
     2.      Memastikan kita terus hidup dalam kematian daging dan penyerahan hak. Orang yang mematikan daging dan menyerahkan hak sudah pasti bisa taat. Kalau  kita tidak mati dari kedagingan, kita tidak akan bisa taat. Belajarlah mati dari daging, mati dari ambisi dan keinginan-keinginan kita. Pastikan kita menyerahkan diri di dalam altarnya Tuhan. Kita punya hak untuk melawan apa yang pemimpin kita katakan, tapi kita tidak melakukan hal itu karena kita sudah menyerahkan hak kita. Kita punya hak untuk tidak melakukan apa yang bapa rohani kita perintahkan tapi kita menaruh hak kita di mezbah Tuhan. Kita punya hak untuk lari dari rumah rohani tapi kita tidak melakukannya karena kita sudah menyerahkan hak kita. Kita bisa menikah dengan siapa saja artinya kita punya kebebasan. Kita bisa memilih pria atau wanita siapapun seperti yang kita kehendaki, tapi kita belajar taat dan hidup dalam ketetapan Tuhan.
      Apa itu ketetapan Tuhan? Menyerahkan hak dan mati dari ambisi. Kita memilih untuk taat karena kita sudah mengalami kematian daging dan memiliki kerelaan untuk menyerahkan hak. Mungkin kita yang paling awal, tapi ini tidak berbicara siapa yang paling awal. Kenapa kita tidak dipilih menjadi pelayan? Cek hidup kita! apakah kita layak atau tidak, membangkang atau tidak? Masih ada ketidak-setiaan atau tidak? Apakah kita masih bisa dinasehati atau tidak? Cek hidup kita. Masing-masing kita introspeksi diri dihadapan Tuhan. Kenapa yang dipilih orang lain? Karena kita tidak meyediakan diri, sementara yang lain yang tidak mampu tapi menyediakan diri, akhirnya bisa mengalami sesuatu dari Tuhan yaitu anugerah dan kemampuan. Tapi kita yang mampu tidak bisa karena kita tidak menyediakan diri dan tidak dibuka matanya untuk melihat kebutuhan di dalam rumah. Kenapa? Karena kita tidak mati dari daging. Kita tidak taat.
     3.      Hidup terhubung secara akurat dengan bapa rohani. Sejauh mana hubungan kita dengan bapa rohani kita? Apakah hubungan kita dengan bapa rohani kita naik ke level yang baru atau masih sama saja? Artinya kita belum terhubung secara akurat. Apakah di sampai satu titik bapa rohani kita berani menyerahkan hidupnya kepada kita yang artinya bapa rohani kita menceritakan permasalahan yang bapa alami kepada kita secara pribadi? Pemimpin/bapa rohani kita masih manusia yang butuh dukungan doa kita sebagai anak-anaknya. Di dalam kegerakan apostolik, tidak bisa hanya pemimpin yang berdoa buat jemaat/anak-anak rohani, harus ada timbal-balik. Kalau tidak, maka yang pertama akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan Tuhan bawa menjadi yang pertama. Ini adalah pilihan kita. Mari terus membangun hubungan yang akurat dengan bapa rohani.

Bapa rohani kita (Ps. Victor Lie) terus membangun hubungan yang akurat dengan bapa rohaninya (Ps. Steven Agustinus). Sebisa mungkin beliau mencari kesempatan dan mencari waktu untuk bisa bersama-sama dengan bapa rohaninya. Mencari waktu untuk menceritakan apa yang Tuhan taruh di dalam hatinya kepada bapa rohaninya tanpa disuruh karena lahir dari hati yang lembut. Ini yang harus kita bangun dalam hidup kita. Tidak ada satupun training yang diwajibkan kepadanya untuk diikuti, tapi bapa kita belajar taat. Taat bukan karena sekarang bapa kita sudah mengenal bapa rohaninya, tapi waktu pertama kali bapa rohani kita bertemu dengan Ps. Steven Agustinus, dari situlah bapa kita mulai belajar taat. Belajar terhubung bukan main-main tapi terhubung secara akurat. Mari terus kejar bapa rohani kita. Banyak bertanya, minta arahan dan pendapat. Kalau kita tahu kita lemah, banyak butuh pertolongan dan inputan, banyak hal yang tidak kita mengerti, kalau kita sadar kita kurang cerdas, kita terbatas, kita sadar kalau kita masih bertumbuh, terus kejar bapa rohani kita. Tanyakan ke beliau topik apa saja. Jangan pernah malu dianggap bodoh oleh saudara rohani kita atau orang-orang di sekeliling kita, yang penting kita mengerti dari pada dianggap pintar tapi tidak mengerti. Hal inilah yang akan membawa kita ke dalam level yang baru. Belajaralah membangun hubungan yang akurat, bukan hanya sekedar penyebutan bapa dan anak.
Bapa rohani kita bersyukur memiliki anak tapi beliau tidak bangga dengan kita hanya menjadi anak rohaninya. Karena di Alkitab dikatakan ada anak yang memperkosa ibunya (Absalom), ada anak yang mempermalukan ayahnya (Sem), ada anak yang kabur dari rumahnya (anak hilang), ada anak yang membunuh saudaranya (Kain). Tapi ada juga anak penghiburan (Barnabas), anak kebanggan (Yususf), anak yang taat (Yesus). Ada banyak jenis anak. Kita juga dianggap anak oleh bapa rohani kita. Di dalam hati dan doanya selalu ada nama-nama kita sebagai anak rohaninya tapi pertanyaannya apakah kita memposisikan diri sebagai anak yang seperti apa? Ada banyak jenis anak di dalam Alkitab. Bapa kita mengharapkan kita menjadi the True Son and Mature Son. Anak sejati dan anak yang dewasa. Anak penghiburan, anak kebanggaan dan anak yang taat.
Mari evaluasi hubungan kita dengan bapa rohani kita. Sudah berapa tahun kita mengenal bapa rohani kita. Apa yang kita tahu dari beliau? Apa yang bapa rohani kita kenal dari hidup kita? Ceritakan hidup kita kepada bapa rohani kita. Lakukan segala cara untuk membangun sebuah hubungan secara akurat dengan bapa rohani kita.
Apa itu membangun hubungan yang akurat?
     a.      Tuhan akan membuka/ menjamah hati kita, sehingga kita haus akan pengajaran si hamba Tuhan tersebut. Kalau kita sudah merasa familiar dengan khotbah bapa rohani kita, tidak mau mendengarkan khotbahnya secara berulang-ulang malahan diacuhkan begitu saja, maka kita tidak lagi terhubung secara akurat.
     b.      Belajar memahami firman dari sisi pikiran si hamba Tuhan tersebut bukan dari sisi pikiran manusiawi kita atau cara berpikir kita. Bagaimana kita tahu bahwa firman yang diberikan itu sesuai dengan apa yang dipikirannya? Tanya apa maksudnya. Mengerti jalan berpikir si hamba Tuhan dan memahaminya firman dengan level si hamba Tuhan.
     c.       Mulai terhubung secara pribadi dengan orangnya. Bukan berbicara bersama-sama. Pembantu juga selalu bersama-sama tapi tidak pernah tahu isi hati tuannya. Yang dikerjakan oleh pembantu bukanlah apa yang tuannya inginkan tapi apa yang tuannya perintahkan. Bukan menjadi penjilat atau bekerja keras cari muka tapi belajarlah membangun hubungan secara pribadi. Kita tidak akan pernah menjadi anak panah ditangan pahlawan kalau kita tidak pernah membangun hubungan secara pribadi. Tidak mungkin kita mengatakan seseorang sebagai bapa kita tapi hubungan secara personal tidak ada. Kalau kita punya hubungan personal dengan bapa rohani kita, kita tidak akan memiliki percakapan yang ringan-ringan saja tetapi ada percakapan yang mendalam karena saling mengenal secara pribadi. Personal touch-nya ada. Jangan sampai kita tinggal “serumah” tetapi hubungan kita dengan bapa terputus/bercerai.

Kalau kita ingin membangun hubungan dengan bapa rohani kita secara akurat, kita harus mengejar pesan-pesan  bapa kita. Hati kita terbuka dengan lebar terhadap pesan bapa kita. Selalu menganggap penting apapun yang dia sampaikan. Kita tidak akan membiarkan berlian/mutiara/permata itu diinjak-injak dan kita menjadi anjing dan babinya. Pastikan kita seperti seseorang yang menemukan harta karun dan menjual semua ladang milik kita dan ditukar dengan ladang yang ada harta karunnya. Itu yang kita lakukan. Rela melakukan apa saja untuk sesuatu yang berharga. Rela meninggalkan apa saja untuk sesuatu yang berharga. Rela menghabiskan uang berapa saja untuk bisa bersama-sama. Untuk menerima pesannya.
Terhubung itu bukan cuma “ngumpul bareng, makan bareng”. Bukan! Kita terhubung dengan seseorang dimulai dari pesannya/firmannya. Miliki hati yang haus dan lapar akan firman dan miliki kecenderungan hati terhadap firman, belajar memahai firman dari sudut si hamba Tuhan, dari cara berpikir dan sudut pandang si hamba Tuhan dan mulailah terhubung secara pribadi. Kalau kita terhubung secara akurat, maka kemenangan sang bapa akan menjadi kemenangan kita juga, terobosan yang dialami oleh sang bapa akan dialami oleh si anak. Anugerah yang dimiliki oleh sang bapa akan dimiliki oleh anak juga. Bahkan pelayanan-pelayanan yang dipercayakan kepada sang bapa itu juga yang akan didelegasikan kepada sang anak.
Seberapapun musuh menyerang kita tapi kalau kita taat, kita akan menang, kita akan diselamatkan. Kita akan dilindungi oleh Tuhan. Minta Tuhan untuk memberikan hati yang taat. Peperangan ini menjadi sangat nyata, tapi bagaimana kita bisa tetap berdiri teguh diatas peperangan ini? Tidak ada cara lain selain terus membangun ketaatan kapada Tuhan. Buang jauh-jauh setiap sikap pemberontakan dan kekeras-kepalaan dari hidup kita karena itu akan berbahaya bagi perjalanan iman yang sedang kita kerjakan bersama-sama. Dengarkan arahan, dengarkan instruksi, belajarlah hidup dalam ketetapan-ketetapan Tuhan. Bangun ketetapan-ketetapan Tuhan dalam hidup kita supaya iblis tidak punya bagian. Supaya iblis tidak bisa mengambil dan mencuri damai sejahtera kita sebab mencuri dan membunuh tidak akan pernah terjadi karena kita belajar hidup dari ketetapan Tuhan. Bangun hubungan secara akurat dengan bapa rohani kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar