http://goo.gl/qqQ6r3


WELCOME TO HOT CHURCH-GEREJA RUMAH KEBENARAN-BOGOR

Faktor Jemaat Dalam Lahirnya Gereja Yang Berotoritas

Kisah Para Rasul 19:8-10 (TB)
Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.
Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Dalam waktu dua tahun gereja Efesus mengalami kebangunan rohani yang sangat dasyat. Dalam waktu dua tahun seluruh Asia mendengar firman Tuhan. Padahal jumlah jemaat mereka hanya 12 orang. Ada dua faktor yang menyebabkan gereja Efesus mengalami kedasyatan.

   1. Faktor pertama adalah faktor KEPEMIMPINAN
Faktor kepemimpinan gereja sangatlah penting karena pemimpin (bahasa asli: kepala) adalah sumber. Pemimpin akan terus menyelaraskan dirinya dengan kebenaran. Seorang pemimpin harus selalu memastikan ada kobaran kasih mula-mula di dalam dirinya. Memastikan tidak ada kata letih, mundur, atau frustasi. Memastikan selalu mengalami kobaran kasih mula-mula, dimanapun dan kapanpun Tuhan mengutus pemimpin, harus selalu siap. Pemimpin harus selalu memastikan sorga terbuka di tengah-tengah pelayanan yang dilakukan. Memastikan di dalam tiap-tiap ibadah selalu ada kobaran roh. Memastikan selalu terhubung dengan ruang tahta. Seorang pemimpin harus selalu terhubung dengan bapa rohaninya dan berjalan dalam jalan kebenaran. Memastikan dari hari ke hari semakin akurat dan memastikan selalu ada firman setiap hari di dalam hidupnya.

    2. Faktor kedua adalah faktor JEMAAT

Kisah 19:9 (VMD)
“ada beberapa diantara mereka yang keras hati dan tidak mau percaya. Mereka mengatakan hal-hal yang buruk tentang jalan Tuhan di depan umum. Oleh karena itu, Paulus menginggalkan mereka dan membawa pengikut-pengikut untuk pergi ke sekolah Tiranus. Di sana dia berbicara setiap hari dengan orang banyak.”

Kualitas jemaat yang dimiliki Paulus adalah kualitas yang berbeda. Dalam kebanyakan gereja, mengapa tidak ada perubahan yang signifikan dan perubahan yang drastis dan dramatis? Semua karena faktor jemaat. kebanyakan jemaat menuntut pemimpinnya namun tidak pernah menuntut dirinya sendiri. Kebanyakan jemaat menuntut pemimpinnya berubah namun mereka sendiri tidak mau berubah. Kalau gereja mau bangkit, hidup dalam dimensi mujizat, karunia-karunia roh, itu semua tidak bisa dilimpahkan kepada pemimpin melainkan juga kepada jemaat.

Ada banyak orang yang mendengarkan pengajaran Paulus tapi mereka adalah orang-orang yang keras hatinya, tidak mudah percaya dan mengumpat/ menghina/melecehkan jalan Tuhan. Melecehkan (Indonesia) artinya menganggap rendah, menganggap biasa, mengabaikan perintah seseorang/apa yang dikatakan oleh pemimpin dengan sengaja. Jika kita ingin melihat kebangkitan gereja Efesus abad ke-21, maka jemaat dan pemimpin harus mulai membenahi sikap hati secara akurat. Tidak boleh ada lagi pelecehan di dalam hidup kita. Untuk itu kita perlu membangun hubungan yang sehat dengan seorang pemimpin/bapa rohani. 
Lalu apa peran aktif kita untuk membangun hubungan yang sehat dengan pemimpin sehingga gereja efesus abad 21 betul-betul dapat terimplementasi di dalam hidup kita?

Ibrani 13:7-9 (FAYH)
“ingatlah akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan Firman Allah kepada saudara. Renungkanlah segala kebaikan yang telah dihasilkan oleh hidup mereka, dan usahakanlah untuk beriman kepada Tuhan seperti mereka.
Yesus Kristus tetap sama, kemarin, sekarang, dan selama-lamanya.
Janganlah saudara tertarik akan ajaran-ajaran baru yang aneh. Kekuatan rohani saudara berasal dari kasih karunia Allah, bukan dari peraturan ibadat tentang makan makanan tertentu-suatu cara yang tidak mendatangkan faedah apapun kepada mereka yang telah mencobanya.”

Bagaimana cara agar jemaat dapat berberan aktif untuk menjadi Gereja Efesus jaman sekarang yang tidak kehilangan kasih mula-mula? Apa yang harus kita lakukan sebagai jemaat untuk kita dapat melahirkan gereja Efesus di akhir jaman ini. Bagaimana agar gereja kita dapan menjadi eklesia?
Ada beberapa ketetapan yang menuntut keakuratan dan sikap hati dalam hubungan kita dengan seorang pemimpin. Antara bapa dengan anak, antara yang dipimpin dengan yang mepimpin.

1. Mengingat orang tua rohani kita/pemimpin kita. (ingatlah akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan Firman Allah kepada saudara).
Bukan bermaksud dikultuskan atau dianggap dewa tetapi yang dimaksud adalah orang yang sudah bekerja keras tetap harus kita hargai. Kita harus menghargai orang yang menabur firman di dalam hidup kita. Lalu bagaimana wujud menghargai seorang pembawa firman itu? Yaitu dengan cara mendoakan mereka setiap hari. Untuk mengingat seorang pemimpin/bapa HARUS DIKONDISIKAN. Mulai bangun hubungan dengan bapa rohani di dalam roh. Mulai doakan bapa rohanimu SETIAP HARI. Bapa rohani kita bukanlah superman, untuk itu kita dituntut untuk mendoakan pemimpin kita setiap hari. Bukan hanya kalau ingat melainkan SETIAP HARI HARUS MENDOAKAN PEMIMPIN KITA. Prioritaskan mendoakan pemimpin kita. Doakan pemimpinmu kalau bisa ambil PUASA untuk bapa rohani.. memastikan bapa rohani berjalan dalam keakuratan, ingat bapa rohani kita. Ketika kita sering mendokan bapa rohani kita, akan terbangun “jembatan penghubung” di dalam roh antara kita dengan bapa rohani kita dan membawa kita semakin dekat dan mengerti isi hati bapa rohani kita. Seberapa tekun kita mendoakan pemimpin kita?

   2. Renungkanlah segala kebaikan orang tua rohanimu. (Renungkanlah segala kebaikan yang telah dihasilkan oleh hidup mereka). Merenungkan bukan menunggu (pasif) tetapi mencari-cari kebaikan (aktif). Kapan merenungkannya? Setiap hari! Mengapa tidak terjadi hubungan yang sehat antara jemaat dengan pemimpin? antara bapa dengan anak? Karena terkadang jemaat/anak terkondisikan untuk hanya mengingat jeleknya, kurangnya, marahnya seorang bapa/pemimpin tetapi tidak pernah memikirkan baiknya. Pikirkan kebaikan pemimpin/bapa rohanimu. Ketika kita memikirkan kebaikan pemimpin kita, otomatis kita tidak akan melecehkan apa yang dikatakan oleh pemimpin/bapa rohani kita. 

Pikirkan apa yang baik yang dihasilkan oleh hidup bapa rohani kita. Jika kita melakukan hal ini secara konsisten, maka kita tidak akan canggung dengan bapa rohani kita. Frekwensi rohani kita akan mulai selaras dengan bapa rohani kita. Kalau kita terus memikirkan kekurangan dan kelemahan bapa rohani kita maka kita akan memiliki “jarak” dengan bapa kita. Jangan membangun jurang tetapi bangunlah jembatan dengan bapa rohani kita. Perbaiki sikap hati kita terhadap bapa rohani dimulai dari merenungkan kebaikan bapa rohani kita. Set hati dan kecenderungan hati kita dan memiliki pikiran yang benar terhadap pemimpin dan keluarganya. Buang semua pemikiran yang negatif.

   3. Usahakan untuk mencangkok iman yang sama dengan pemimpin/bapa rohani kita.  ( usahakanlah untuk beriman kepada Tuhan seperti mereka). Bapa dan anak bukan berbicara tentang gaya tetapi berbicara tentang DNA yang sama. Apa yang dibangun Tuhan dalam diri seorang bapa, normalnya itu juga yang harus dibangun oleh seorang anak. Selama kita terhubung, pasti apa yang dikerjakan Tuhan di dalam diri seorang bapa, itu juga yang Tuhan kerjakan di dalam diri kita sebagai seorang anak. Sebagai anak, kita harus memiliki DNA yang sama. Bagaimana caranya? Jika kita memiliki rasa bangga terhadap seorang pemimpin maka kita mulai menginginkan jenis anugerah yang bekerja di dalam diri seorang pemimpin tersebut

    Jika kita tidak punya rasa bangga, maka kita tidak akan pernah memiliki keinginan untuk mencangkok roh yang sama. Semua harus dimulai dari rasa bangga. Bukan bangga yang dipaksakan. Kalau tidak bangga, tidak bisa fanatik. Orang yang fanatik akan selalu dimulai dengan rasa bangga.

Jika kita bangga terhadap bapa rohani kita maka kita akan mengerjakan apa yang dikerjakan bapa kita. Kita ingin menjadi sama seperti bapa kita. Harus ada pekerjaan roh kudus dan pekerjaan firman di dalam diri kita untuk melihat sisi keistimewaan seorang pemimpin. Harus ada pekerjaan roh dan firman di dalam diri kita yang membuka telinga kita secara rohani bahwa bapa rohani kita adalah orang yang diurapi olah Tuhan. Dan harus ada pekerjaan roh dan firman yang mengkondisikan respon hati kita akurat. Diperlukan mata yang melihat, telinga yang mendengar dan hati yang responsif.

Ada pekerjaan roh dan firman di dalam hati kita. Rasa bangga akan memunculkan kita menjadi orang-orang yang FANATIK.
Apa ciri-ciri kita bangga terhadap seorang bapa rohani?
a. Kita akan mulai mempelajari khotbah-khotbah yang disampaikan oleh bapa rohani secara konsisten.
b. Kita akan mulai memiliki daya juang untuk mendengar khotbah-khotbah bapa rohani secara bertekun.
c. Membicarakan kehebatan bapa rohani kemanapun kita pergi.
d. Mulai mengoleksi khotbah bapa rohani.

Kita harus mengalami pekerjaan roh dan firman agar kita menjadi jemaat/anak yang bangga terhadap bapa rohani/pemimpin kita. Tidak akan pernah ada rasa bangga jika kita tidak pernah mendoakan bapa rohani kita. Tidak akan pernah ada rasa bangga jika tidak kita tidak pernah merenungkan kebaikan bapa kita. Namun jika kita bangga, kita akan membayar harga untuk bisa sama seperti idola kita.

Biarlah kita mengalami pekerjaan firman dan roh untuk memunculkan rasa bangga terhadap bapa rohani kita. Ketika kita mem-follow up rasa bangga kita, maka kita akan menjadi semakin dekat dengan bapa rohani kita dan jika kita sudah dekat maka pembentukan Tuhan menjadi lebih gampang di dalam hidup kita. Ketika kita sudah memiliki rasa bangga, maka arahan-arahan bapa akan sangat berarti di dalam hidup kita. Setiap kali bapa mengatakan sesuatu, kita akan melakukannya karena kita bangga. Kita bangga karena bapa kita sudah mulai memberi perintah dan arahan. Kita bangga karena kita sudah mulai bisa mengikuti jejak langkah kaki seorang bapa.

Inilah saatnya hubungan dengan bapa rohani memasuki babak yang baru. Tidak ada lagi kecanggungan, tidak ada lagi rasa malu atau sesuatu yang membuat kita jauh, tetapi Tuhan bekerja lewat firman dan rohNya membawa hubungan kita dengan pemimpin/bapa rohani menjadi sehat. Jadilah orang-orang yang bangga terhadap rumah rohani dan bapa rohani.


1 komentar:

  1. Amin.biarlah lahir satu umat yang baru,yang bangga dan fanatik dengan apa yang menjadi pengajaran dari sang Bapa Rohani.

    BalasHapus