Kisah
Para Rasul 19:8-10 (TB)
Selama tiga bulan
Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh
pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Tetapi ada beberapa
orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan
Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan
memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang
kuliah Tiranus.
Hal ini dilakukannya
dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik
orang Yahudi maupun orang Yunani.
Dalam waktu dua tahun gereja
Efesus mengalami kebangunan rohani yang sangat dasyat. Dalam waktu dua tahun seluruh
Asia mendengar firman Tuhan. Padahal jumlah jemaat mereka hanya 12 orang. Ada dua
faktor yang menyebabkan gereja Efesus mengalami kedasyatan.
1. Faktor pertama adalah faktor KEPEMIMPINAN
Faktor kepemimpinan gereja
sangatlah penting karena pemimpin (bahasa asli: kepala) adalah sumber. Pemimpin akan
terus menyelaraskan dirinya dengan kebenaran. Seorang pemimpin harus selalu
memastikan ada kobaran kasih mula-mula di dalam dirinya. Memastikan tidak ada
kata letih, mundur, atau frustasi. Memastikan selalu mengalami kobaran kasih
mula-mula, dimanapun dan kapanpun Tuhan mengutus pemimpin, harus selalu siap. Pemimpin
harus selalu memastikan sorga terbuka di tengah-tengah pelayanan yang
dilakukan. Memastikan di dalam tiap-tiap ibadah selalu ada kobaran roh. Memastikan
selalu terhubung dengan ruang tahta. Seorang pemimpin harus selalu terhubung dengan
bapa rohaninya dan berjalan dalam jalan kebenaran. Memastikan dari hari ke hari
semakin akurat dan memastikan selalu ada firman setiap hari di dalam hidupnya.
2. Faktor kedua adalah faktor JEMAAT
Kisah
19:9 (VMD)
“ada
beberapa diantara mereka yang keras hati dan tidak mau percaya. Mereka mengatakan
hal-hal yang buruk tentang jalan Tuhan di depan umum. Oleh karena itu, Paulus
menginggalkan mereka dan membawa pengikut-pengikut untuk pergi ke sekolah
Tiranus. Di sana dia berbicara setiap hari dengan orang banyak.”
Kualitas jemaat yang dimiliki
Paulus adalah kualitas yang berbeda. Dalam kebanyakan gereja, mengapa tidak ada
perubahan yang signifikan dan perubahan yang drastis dan dramatis? Semua karena
faktor jemaat. kebanyakan jemaat menuntut pemimpinnya namun tidak pernah
menuntut dirinya sendiri. Kebanyakan jemaat menuntut pemimpinnya berubah namun
mereka sendiri tidak mau berubah. Kalau gereja mau bangkit, hidup dalam dimensi
mujizat, karunia-karunia roh, itu semua tidak bisa dilimpahkan kepada pemimpin
melainkan juga kepada jemaat.
Ada banyak orang yang
mendengarkan pengajaran Paulus tapi mereka adalah orang-orang yang keras
hatinya, tidak mudah percaya dan mengumpat/ menghina/melecehkan jalan Tuhan. Melecehkan
(Indonesia) artinya menganggap rendah, menganggap biasa, mengabaikan perintah
seseorang/apa yang dikatakan oleh pemimpin dengan sengaja. Jika kita
ingin melihat kebangkitan gereja Efesus abad ke-21, maka jemaat dan pemimpin
harus mulai membenahi sikap hati secara akurat. Tidak boleh ada lagi pelecehan
di dalam hidup kita. Untuk itu kita perlu membangun hubungan yang sehat dengan
seorang pemimpin/bapa rohani.
Lalu apa peran aktif kita untuk membangun
hubungan yang sehat dengan pemimpin sehingga gereja efesus abad 21 betul-betul
dapat terimplementasi di dalam hidup kita?
Ibrani
13:7-9 (FAYH)
“ingatlah
akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan Firman Allah kepada saudara. Renungkanlah
segala kebaikan yang telah dihasilkan oleh hidup mereka, dan usahakanlah untuk
beriman kepada Tuhan seperti mereka.
Yesus
Kristus tetap sama, kemarin, sekarang, dan selama-lamanya.
Janganlah
saudara tertarik akan ajaran-ajaran baru yang aneh. Kekuatan rohani saudara
berasal dari kasih karunia Allah, bukan dari peraturan ibadat tentang makan
makanan tertentu-suatu cara yang tidak mendatangkan faedah apapun kepada mereka
yang telah mencobanya.”
Bagaimana cara agar jemaat dapat
berberan aktif untuk menjadi Gereja Efesus jaman sekarang yang tidak kehilangan
kasih mula-mula? Apa yang harus kita lakukan sebagai jemaat untuk kita dapat
melahirkan gereja Efesus di akhir jaman ini. Bagaimana agar gereja kita dapan
menjadi eklesia?
Ada beberapa ketetapan yang
menuntut keakuratan dan sikap hati dalam hubungan kita dengan seorang pemimpin.
Antara bapa dengan anak, antara yang dipimpin dengan yang mepimpin.
1. Mengingat orang tua rohani kita/pemimpin kita. (ingatlah akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan Firman Allah kepada saudara).
Bukan bermaksud
dikultuskan atau dianggap dewa tetapi yang dimaksud adalah orang yang sudah
bekerja keras tetap harus kita hargai. Kita harus menghargai orang yang menabur
firman di dalam hidup kita. Lalu bagaimana wujud menghargai seorang pembawa
firman itu? Yaitu dengan cara mendoakan
mereka setiap hari. Untuk mengingat seorang pemimpin/bapa HARUS
DIKONDISIKAN. Mulai bangun hubungan dengan bapa rohani di dalam roh. Mulai
doakan bapa rohanimu SETIAP HARI. Bapa rohani kita bukanlah superman, untuk itu
kita dituntut untuk mendoakan pemimpin kita setiap hari. Bukan hanya kalau
ingat melainkan SETIAP HARI HARUS MENDOAKAN PEMIMPIN KITA. Prioritaskan mendoakan
pemimpin kita. Doakan pemimpinmu kalau bisa ambil PUASA untuk bapa rohani..
memastikan bapa rohani berjalan dalam keakuratan, ingat bapa rohani kita. Ketika
kita sering mendokan bapa rohani kita, akan terbangun “jembatan penghubung” di
dalam roh antara kita dengan bapa rohani kita dan membawa kita semakin dekat
dan mengerti isi hati bapa rohani kita. Seberapa tekun kita mendoakan pemimpin
kita?
2. Renungkanlah
segala kebaikan orang tua rohanimu. (Renungkanlah segala kebaikan yang telah dihasilkan oleh hidup mereka). Merenungkan bukan menunggu (pasif) tetapi mencari-cari
kebaikan (aktif). Kapan merenungkannya? Setiap hari! Mengapa tidak terjadi
hubungan yang sehat antara jemaat dengan pemimpin? antara bapa dengan anak? Karena
terkadang jemaat/anak terkondisikan untuk hanya mengingat jeleknya, kurangnya,
marahnya seorang bapa/pemimpin tetapi tidak pernah memikirkan baiknya. Pikirkan
kebaikan pemimpin/bapa rohanimu. Ketika kita memikirkan kebaikan pemimpin kita,
otomatis kita tidak akan melecehkan apa yang dikatakan oleh pemimpin/bapa
rohani kita.
Pikirkan apa
yang baik yang dihasilkan oleh hidup bapa rohani kita. Jika kita melakukan hal
ini secara konsisten, maka kita tidak akan canggung dengan bapa rohani kita. Frekwensi
rohani kita akan mulai selaras dengan bapa rohani kita. Kalau kita terus
memikirkan kekurangan dan kelemahan bapa rohani kita maka kita akan memiliki “jarak”
dengan bapa kita. Jangan membangun jurang tetapi bangunlah jembatan dengan bapa
rohani kita. Perbaiki sikap hati kita terhadap bapa rohani dimulai dari
merenungkan kebaikan bapa rohani kita. Set hati dan kecenderungan hati kita dan
memiliki pikiran yang benar terhadap pemimpin dan keluarganya. Buang semua
pemikiran yang negatif.
3. Usahakan untuk mencangkok iman yang sama
dengan pemimpin/bapa rohani kita. ( usahakanlah untuk beriman kepada Tuhan seperti mereka). Bapa dan
anak bukan berbicara tentang gaya tetapi berbicara tentang DNA yang sama. Apa yang
dibangun Tuhan dalam diri seorang bapa, normalnya itu juga yang harus dibangun
oleh seorang anak. Selama kita terhubung, pasti apa yang dikerjakan Tuhan di
dalam diri seorang bapa, itu juga yang Tuhan kerjakan di dalam diri kita
sebagai seorang anak. Sebagai anak, kita harus memiliki DNA yang sama. Bagaimana
caranya? Jika kita memiliki rasa bangga terhadap seorang pemimpin maka kita
mulai menginginkan jenis anugerah yang bekerja di dalam diri seorang pemimpin
tersebut.
Jika kita tidak punya rasa bangga, maka kita tidak akan
pernah memiliki keinginan untuk mencangkok roh yang sama. Semua harus dimulai
dari rasa bangga. Bukan bangga yang dipaksakan. Kalau tidak bangga, tidak bisa fanatik. Orang yang fanatik akan selalu
dimulai dengan rasa bangga.
Jika kita bangga terhadap bapa rohani kita maka kita akan mengerjakan apa yang dikerjakan bapa kita. Kita ingin menjadi sama seperti bapa kita. Harus ada pekerjaan roh kudus dan pekerjaan firman di dalam diri kita untuk melihat sisi keistimewaan seorang pemimpin. Harus ada pekerjaan roh dan firman di dalam diri kita yang membuka telinga kita secara rohani bahwa bapa rohani kita adalah orang yang diurapi olah Tuhan. Dan harus ada pekerjaan roh dan firman yang mengkondisikan respon hati kita akurat. Diperlukan mata yang melihat, telinga yang mendengar dan hati yang responsif.
Jika kita bangga terhadap bapa rohani kita maka kita akan mengerjakan apa yang dikerjakan bapa kita. Kita ingin menjadi sama seperti bapa kita. Harus ada pekerjaan roh kudus dan pekerjaan firman di dalam diri kita untuk melihat sisi keistimewaan seorang pemimpin. Harus ada pekerjaan roh dan firman di dalam diri kita yang membuka telinga kita secara rohani bahwa bapa rohani kita adalah orang yang diurapi olah Tuhan. Dan harus ada pekerjaan roh dan firman yang mengkondisikan respon hati kita akurat. Diperlukan mata yang melihat, telinga yang mendengar dan hati yang responsif.
Ada pekerjaan
roh dan firman di dalam hati kita. Rasa bangga akan memunculkan kita menjadi
orang-orang yang FANATIK.
Apa ciri-ciri
kita bangga terhadap seorang bapa rohani?
a. Kita akan mulai mempelajari khotbah-khotbah yang
disampaikan oleh bapa rohani secara konsisten.
b. Kita akan mulai memiliki daya juang untuk
mendengar khotbah-khotbah bapa rohani secara bertekun.
c. Membicarakan kehebatan bapa rohani kemanapun kita
pergi.
d. Mulai mengoleksi khotbah bapa rohani.
Kita harus
mengalami pekerjaan roh dan firman agar kita menjadi jemaat/anak yang bangga terhadap
bapa rohani/pemimpin kita. Tidak akan pernah ada rasa bangga jika kita
tidak pernah mendoakan bapa rohani kita. Tidak akan pernah ada rasa bangga jika
tidak kita tidak pernah merenungkan kebaikan bapa kita. Namun jika kita
bangga, kita akan membayar harga untuk bisa sama seperti idola kita.
Biarlah kita
mengalami pekerjaan firman dan roh untuk memunculkan rasa bangga terhadap bapa
rohani kita. Ketika kita mem-follow up rasa bangga kita, maka kita akan menjadi
semakin dekat dengan bapa rohani kita dan jika kita sudah dekat maka pembentukan
Tuhan menjadi lebih gampang di dalam hidup kita. Ketika kita sudah memiliki
rasa bangga, maka arahan-arahan bapa akan sangat berarti di dalam hidup kita. Setiap
kali bapa mengatakan sesuatu, kita akan melakukannya karena kita bangga. Kita bangga
karena bapa kita sudah mulai memberi perintah dan arahan. Kita bangga karena
kita sudah mulai bisa mengikuti jejak langkah kaki seorang bapa.
Inilah saatnya
hubungan dengan bapa rohani memasuki babak yang baru. Tidak ada lagi
kecanggungan, tidak ada lagi rasa malu atau sesuatu yang membuat kita jauh,
tetapi Tuhan bekerja lewat firman dan rohNya membawa hubungan kita dengan
pemimpin/bapa rohani menjadi sehat. Jadilah orang-orang yang bangga terhadap
rumah rohani dan bapa rohani.
Amin.biarlah lahir satu umat yang baru,yang bangga dan fanatik dengan apa yang menjadi pengajaran dari sang Bapa Rohani.
BalasHapus