http://goo.gl/qqQ6r3


WELCOME TO HOT CHURCH-GEREJA RUMAH KEBENARAN-BOGOR

CLOSE TO YOUR FATHER


Semua dimensi ilahi yang dialami oleh bapa-bapa rohani kita sesungguhnya adalah warisan kita. Berhentilah menganggap biasa pemimpin kita/bapa rohani kita. Bapa rohani kita bukanlah orang yang biasa, memang mereka sama seperti orang lain, butuh makan, dapat mengantuk, dll, namun itu adalah aspek natural dari seorang manusia. Jangan hanya melihat hal-hal yang natural di dalam diri mereka melainkan ada hal yang Tuhan bangun di dalam diri mereka, ketaatan mereka, kasih mereka, pengorbanan mereka, hati yang benar, kemurnian, dll...kita sebagai anak-anak harus mampu melihat apa yang Tuhan bentuk di dalam diri bapa rohani kita.

Mulai hari ini bangun hubungan yang dekat dengan bapa rohanimu. Close to your father. Give attention untuk hidupnya. Kita harus bisa melihat bapa rohani kita istimewa. Mereka memang manusia biasa tetapi Allah membentuk mereka.
Ada dua contoh anak di dalam Alakitab yang menceritakan bagaimana mereka mengikuti bapa rohani dan mewarisi roh yang sama dengan apa yang bapa rohani mereka miliki:

Paulus-Timotius

1Ti 1:18  Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni.

Mengapa “Tugas ini“ dipercayakan kepada Timotius? Mengapa tidak kepada yang lain? ada sesuatu yang ada di dalam diri Timotius sehingga Paulus mempercayakan pelayanannya kepadanya. Timotius bukan sekedar mengikuti Paulus, dan juga bukan sekedar taat kepada Paulus. Tetapi Timotius mengistimewakan Paulus. Timotius adalah model bagaimana kita mengikuti bapa rohani kita.

2Ti 3:10  Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.

     1. Surat Timotius bukan khotbah kepada Jemaat tetapi surat Timotius adalah surat dari seorang bapa kepada anak.
Paulus manusia biasa tapi ada hal-hal ilahi yang Tuhan bangun di dalam dirinya sejak ia bertobat. Kita dapat memiliki apa yang dimiliki oleh bapa kita tanpa harus dimulai dari nol. Contohnya Ishak hanya melanjutkan sejauh mana Abraham berjalan. Yakub hanya melanjutkan sejauh mana Ishak berjalan. The next generation will be better. Generasi pertama mengambil dari Tuhan dan meneruskannya kepada yang lain. Generasi pertama mencari Tuhan, kemudian dibentuk oleh Tuhan agar dirinya dapat menjadi pola. Tapi apa yang dibangun di dalam dirinya disediakan Tuhan untuk generasi berikutnya. Timotius mengikuti hal-hal yang terbangun di dalam diri Paulus. (2 Tim 3:10). 

Ini adalah hal-hal ilahi yang dibentuk Tuhan di dalam diri Paulus. Mengapa Timotius? Karena Timotius dapat merepresentasikan Paulus dengan benar. Karena banyak orang yang mengikut seseorang dan membangun apa yang berbeda dari apa yang diterima dari orang-orang itu. Inilah orang yang tidak merepresentasikan bapanya dengan benar.  Kitah harus bisa melihat hal yang ilahi, yang unik, yang special, yang tidak ada pada diri orang lain, di dalam diri pemimpin kita. Kalau kita menggangap bahwa bapa kita adalah orang biasa maka kita tidak akan pernah menghargai dan mengistimewakan dia karena dia adalah orang biasa. Dengan berpikir bahwa tanpa terhubung dengan dia kita bisa mendapatkan hal-hal tersebut dari orang lain. Itu sebabnya banyak orang-orang di dalam gereja lebih membanggakan pendeta lain lebih dari pada gembala mereka. Mengapa? Karena mereka menganggap gembala mereka adalah gembala biasa dan ada banyak yang seperti dia, dan tidak perlu mengikuti ajarannya. Gembala tersebut tidak dapat dilihat sebagai jemaat yang special yang dikirim Tuhan.

Bapa rohani adalah pemberian Allah. Mereka adalah orang yang Tuhan kirim ke dalam hidup kita untuk membawa kita ke dalam destiny yang Tuhan maksudkan. Kalau Tuhan membawa kita di dalam bimbingan seorang bapa rohani maka kita harus melihat bahwa mereka adalah pemberian Allah. Itulah sebabnya mengapa orang-orang tidak mampu bertumbuh karena mereka menganggap pemberian Allah penuh kelemahan. " ...ah ga papa aku taat walaupun pemimpinku penuh kelemahan...". Selama kita mengatakan hal itu, kita tidak akan pernah pergi kemana-mana. Kita menghina pemberian Allah. Seolah-olah kita berkata “ya bapa rohaniku memang dari Tuhan tetapi dia punya kelemahan”. Siapa yang kita hina? Siapa yang memberi bapa rohani bagimu? Kita harus merubah pikiran kita. Kita tidak perlu mempedulikan kekurangan bapa rohani kita karena itu adalah urusan Tuhan. Selama dia memiliki bapa rohani maka itu adalah urusan bapanya. Tetapi apa yang Tuhan bentuk di dalam bapa rohani kita, kita harus bisa melihat bagaimana passion dia dalam mengikut Tuhan dan kegigihannya dalam mencari hadirat Tuhan.

Harus ada aspek-aspek di dalam diri pemimpin kita yang kita inginkan. Bukan hanya berkata “ya, daddy baik, bapa baik”.  Bukan hanya karena mereka baik karena orang baik itu banyak. Lihat apa yang ingin kita tiru, apa yang Tuhan bentuk di dalam diri bapa rohanimu dan kau ingin seperti dia? Renungkan apa yang menjadi kelebihan pemimpin kita sebab ada banyak aspek ilahi yang Tuhan bangun di dalam hidup mereka tetapi permasalahannya mata kita tertutup. Kita fokus kepada kelemahan dan kekurangan mereka. Kita yang diperbaiki tetapi kita malah menyerang orang yang memperbaiki hidup kita sehingga apa yang luar biasa di dalam hidupnya kita lupakan. Kita tidak fair.

Kita harus bisa melihat apa yang ilahi dan yang Tuhan bentuk di dalam diri bapa rohani kita. Itulah alasan mengapa kita mendekat dan bercakap-cakap serta membangun hubungan dengan bapa rohani kita. I like to be with my father. I enjoy to be with my father. I enjoy the fellowship, I enjoy the word. Itu adalah pondasi. Jika kita tidak nyaman berada dekat dengan mereka, kita merasa gerah, artinya ada sesuatu yang salah. Satu-satunya cara adalah kita harus membangun hubungan sedekat mungkin dengan bapa kita.

Jika kita respek terhadap bapa kita maka kita akan mudah bertemu dengan Tuhan. Prepare yourself dan make him special. Jika kita  mampu melihat apa yang Tuhan bangun di dalam diri bapa rohani kita, melihat hal yang luar biasa yang Tuhan kerjakan di dalam dirinya, jika kita mampu melihat itu, kita memiliki ketekunan untuk mengikuti dia. Karena pembapaan adalah apa yang pernah dicapai oleh generasi sebelumnya dapat dipakai oleh generasi selanjutnya.

Semua yang kita perlukan untuk mengubah bangsa-bangsa sudah terakumulasi di dalam diri bapa kita. Bapa rohani kita membayar harga untuk secure the legacy untuk itu koneksikan diri kita secara akurat dengan seorang bapa rohani. Jangan sampai bapa rohani kita menyimpang, berdoalah untuk pemimpinmu. Bersyukurlah karena bapa rohani kita terhubung akurat dengan bapa rohaninya. Tidak usah pusing untuk mengubah dunia, melainkan terlebih dahulu kita harus taat kepada bapa rohani. Dengarkan perkataannya. Koneksikan dirimu.

Timotius dapat dipercayakan karena dia bisa melihat pendirian, kasih, ketekunan, dll yang ada di dalam diri bapa rohaninya. Orang yang bisa mengikut Tuhan adalah orang yang dapat melepaskan kehendaknya. Orang yang ada di dalam rumah rohanipun adalah orang yang dapat melepaskan kehendaknya. Apa yang sudah dibentuk dalam diri Paulus dicangkok oleh Timotius. Walaupun nenek dan ibunya rohani namun Timotius tetap mendengarkan Paulus yang adalah bapa rohaninya. Timotius hidup dari satu sumber. Memang ibu dan neneknya pernah membawanya pada satu titik perjalalan rohani namun Paulus membawanya lebih jauh lagi. Timotius berada di bawah pengayoman Paulus dan Timotius mengistimewakan Paulus.

Elia-Elisa

Mengapa kitab Maleakhi berkata bahwa Elia akan datang dan berbicara tentang pemulihan bapa dan anak akan terjadi di akhir jaman. Mengapa Elia yang harus datang? Karena Elia berkolaborasi dan membuat apa yang belum terjadi di dalam hidupnya terjadi di dalam generasi selanjutnya. Elia menggambarkan bagaimana proses kenabian bisa ditransfer ke generasi selanjutnya. Elia mengurapi Elisa, Elisa mengutus seorang nabi muda dan nabi muda mengurapi Yehu. Yehu yang membunuh Isebel. Semua janji Tuhan digenapi di dalam generasi ke empat dan kita adalah generasi ke empat itu. Kitalah finishing generation.

Kata biasa itu sangat berbahaya karena  itu menandakan familiarity spirit. Ketika proses “pengangkatan” oleh bapa kita, kita tidak dapat mendowload apapun karena kita menganggapnya biasa. Tapi jika kita menganggapnya special, kita terus mendampingi dia, ketika dia “terangkat” kita dapat men-download apa yang dimilikinya. Perlu ketekunan untuk memperoleh apa yang ada di dalam diri bapa rohani kita.

Kita tidak hanya mengikuti bapa rohani atau hanya taat kepadanya, melainkan kita memiliki kerinduan untuk mau melihat apa yang dia lihat maka kita juga akan menerima hal yang sama. Prinsip rohani mengatakan ketika engkau bisa melihat maka hal itu akan menjadi milikmu. Bukan hanya sampai kepada “merasakan”. Namun ketika kita mampu melihat, maka kita akan memasuki dimensi yang sama dan memasuki sorga yang sama dengan bapa kita.

2Ki 2:1  Menjelang saatnya TUHAN hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal.

    1. Gilgal = Kita harus berjalan bersama bapa kita dalam proses penyunatan. Jangan melarikan diri. Disunat itu adalah tahap awal.

Faktor Jemaat Dalam Lahirnya Gereja Yang Berotoritas

Kisah Para Rasul 19:8-10 (TB)
Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.
Tetapi ada beberapa orang yang tegar hatinya. Mereka tidak mau diyakinkan, malahan mengumpat Jalan Tuhan di depan orang banyak. Karena itu Paulus meninggalkan mereka dan memisahkan murid-muridnya dari mereka, dan setiap hari berbicara di ruang kuliah Tiranus.
Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Dalam waktu dua tahun gereja Efesus mengalami kebangunan rohani yang sangat dasyat. Dalam waktu dua tahun seluruh Asia mendengar firman Tuhan. Padahal jumlah jemaat mereka hanya 12 orang. Ada dua faktor yang menyebabkan gereja Efesus mengalami kedasyatan.

   1. Faktor pertama adalah faktor KEPEMIMPINAN
Faktor kepemimpinan gereja sangatlah penting karena pemimpin (bahasa asli: kepala) adalah sumber. Pemimpin akan terus menyelaraskan dirinya dengan kebenaran. Seorang pemimpin harus selalu memastikan ada kobaran kasih mula-mula di dalam dirinya. Memastikan tidak ada kata letih, mundur, atau frustasi. Memastikan selalu mengalami kobaran kasih mula-mula, dimanapun dan kapanpun Tuhan mengutus pemimpin, harus selalu siap. Pemimpin harus selalu memastikan sorga terbuka di tengah-tengah pelayanan yang dilakukan. Memastikan di dalam tiap-tiap ibadah selalu ada kobaran roh. Memastikan selalu terhubung dengan ruang tahta. Seorang pemimpin harus selalu terhubung dengan bapa rohaninya dan berjalan dalam jalan kebenaran. Memastikan dari hari ke hari semakin akurat dan memastikan selalu ada firman setiap hari di dalam hidupnya.

    2. Faktor kedua adalah faktor JEMAAT

Kisah 19:9 (VMD)
“ada beberapa diantara mereka yang keras hati dan tidak mau percaya. Mereka mengatakan hal-hal yang buruk tentang jalan Tuhan di depan umum. Oleh karena itu, Paulus menginggalkan mereka dan membawa pengikut-pengikut untuk pergi ke sekolah Tiranus. Di sana dia berbicara setiap hari dengan orang banyak.”

Kualitas jemaat yang dimiliki Paulus adalah kualitas yang berbeda. Dalam kebanyakan gereja, mengapa tidak ada perubahan yang signifikan dan perubahan yang drastis dan dramatis? Semua karena faktor jemaat. kebanyakan jemaat menuntut pemimpinnya namun tidak pernah menuntut dirinya sendiri. Kebanyakan jemaat menuntut pemimpinnya berubah namun mereka sendiri tidak mau berubah. Kalau gereja mau bangkit, hidup dalam dimensi mujizat, karunia-karunia roh, itu semua tidak bisa dilimpahkan kepada pemimpin melainkan juga kepada jemaat.

Ada banyak orang yang mendengarkan pengajaran Paulus tapi mereka adalah orang-orang yang keras hatinya, tidak mudah percaya dan mengumpat/ menghina/melecehkan jalan Tuhan. Melecehkan (Indonesia) artinya menganggap rendah, menganggap biasa, mengabaikan perintah seseorang/apa yang dikatakan oleh pemimpin dengan sengaja. Jika kita ingin melihat kebangkitan gereja Efesus abad ke-21, maka jemaat dan pemimpin harus mulai membenahi sikap hati secara akurat. Tidak boleh ada lagi pelecehan di dalam hidup kita. Untuk itu kita perlu membangun hubungan yang sehat dengan seorang pemimpin/bapa rohani. 
Lalu apa peran aktif kita untuk membangun hubungan yang sehat dengan pemimpin sehingga gereja efesus abad 21 betul-betul dapat terimplementasi di dalam hidup kita?

Ibrani 13:7-9 (FAYH)
“ingatlah akan pemimpin-pemimpin yang telah mengajarkan Firman Allah kepada saudara. Renungkanlah segala kebaikan yang telah dihasilkan oleh hidup mereka, dan usahakanlah untuk beriman kepada Tuhan seperti mereka.
Yesus Kristus tetap sama, kemarin, sekarang, dan selama-lamanya.
Janganlah saudara tertarik akan ajaran-ajaran baru yang aneh. Kekuatan rohani saudara berasal dari kasih karunia Allah, bukan dari peraturan ibadat tentang makan makanan tertentu-suatu cara yang tidak mendatangkan faedah apapun kepada mereka yang telah mencobanya.”

Bagaimana cara agar jemaat dapat berberan aktif untuk menjadi Gereja Efesus jaman sekarang yang tidak kehilangan kasih mula-mula? Apa yang harus kita lakukan sebagai jemaat untuk kita dapat melahirkan gereja Efesus di akhir jaman ini. Bagaimana agar gereja kita dapan menjadi eklesia?
Ada beberapa ketetapan yang menuntut keakuratan dan sikap hati dalam hubungan kita dengan seorang pemimpin. Antara bapa dengan anak, antara yang dipimpin dengan yang mepimpin.

Kristen Goliat vs Kristen Daud

1 Samuel 17:1-58

Goliat adalah gambaran raksasa, badan besar, senjata banyak dan banyak bicara. (1 Samuel 17:4-10)
Sedangkan Daud adalah anak bungsu yang masih remaja, penggembala kambing domba, bukan tentara Saul, seorang penghibur musik bagi Saul ketika kerasukan. (ayat 12-15)
Daud mengenal jati dirinya bahwa ia adalah barisan Allah yang hidup. (ayat 26)
Daud memiliki keberanian. (ayat 32)
Daud memiliki pengalaman hidup bersama Tuhan. Firman telah membentuk hidup Daud. Penyertaan Tuhan nyata atas Daud. (ayat 34-37)
Goliat yang besar rubuh dengan satu sentuhan batu kecil. Mulut besar, badan besar dan gaya yang selangit hanya dirubuhkan dalam beberapa detik saja.

Bagaimana dengan kita, apakah kita kristen Goliat? Banyak mulut, merasa lebih baik dari yang lain, hanya gaya saja sebagai gereja apostolik tetapi kalah hanya oleh kemalasan, gambar diri yang buruk dan ketakutan?
Atau kita adalah kristen Daud? Sederhana. Tidak banyak gaya namun sekali kita bergerak sorga terbuka dan kemenangan selalu terjadi dalam hidup kita.
Pilihan ada di dalam hidupmu. Goliat atau Daud?

Kekristenan Goliat adalah gambaran kekristenan yang rapuh, mudah dikalahkan oleh berbagai “RASA” yang dialami. Berbeda dengan Daud yang tidak bisa dikalahkan oleh gertakan, intimidasi, dan berbagai perasaan yang ada.

Sadarkah kita semua bahwa bentuk pekerjaan musuh dalam hidup kita selalu berbicara tentang rasa? Malas adalah rasa, itu sebabnya disebut rasa malas. Takut juga sebuah rasa. Marah juga sebuah rasa. Mengapa kita tidak dapat membangun hubungan dengan bapa rohani? Karena rasa. Mengapa kita tidak bisa menerima keberadaan saudara rohani kita? Karena rasa. Mengapa kita tidak mau mengirim renungan kepada pemimpin kita? Karena rasa. Semua yang terjadi di dalam hidup kita dikuasai oleh karena rasa.

Goliat gagal menghadapi rasa malu dan terhina ketika Daud maju menghadapinya. Badan besar namun tidak mampu menghadapi rasa yang berkecamuk dalam dirinya. Makanya perkataan yang keluar adalah membandingkan dirinya dengan anjing. Berbeda dengan Daud, sebelum maju sudah mengalami berbagai rasa yang tidak enak. Dihina, dimarahi dan dianggap kecil oleh kakak-kakaknya. Daud menghadapi semua “rasa” itu. Bahkan ketika Saul tidak menyambut baik Daud, Daud tidak tersinggung ataupun malu dan marah. Daud tetap santai menghadapi semua itu.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita adalah kelompok Goliat yang selalu dikalahkan oleh “rasa”? Atau kita adalah kelompok Daud yang membunuh raksasa “rasa” dalam hidup kita?

Bangkitlah dan alami kemenangan dalam menghadapi rasa yang terus bergulat dalam dirimu. Rasa malu, rasa rendah diri, rasa marah, rasa sepi, rasa kuatir, rasa kalah, rasa tertekan, rasa ditinggalkan, rasa dihina, rasa malas, rasa bodoh, rasa tidak mampu, dan berbagai rasa yang lain. Itu adalah raksasa dalam hidup manusia.

Kabar baiknya adalah semua yang kita butuhkan untuk menaklukkan raksasa rasa sudah ada di dalam tangan kita. Tanpa bantuan dari luar, kita dapat mengalahkan raksasa rasa tersebut karena Roh Kristus sudah ada di dalam kita. Roh yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati, ada di dalam kita (Roma 8:11). Yang kita perlu lakukan adalah mengaktivasi roh yang ada di dalam kita. Mulailah mendeklarasikan firman!! Mulailah perjalanan rohani kita dari titik kemenangan.

Facing the giant!!! Wake up man!!! You can do it, giant killer!!!


Info Ibadah:
SUNDAY TRAINING
DI HOTEL AGRIA BOGOR
JAM 4 SORE